Pengerian Ilmu Pendidikan
Perkembangan pemikiran manusia dalam
memberikan batasan tentang makna dan pengertian pendidikan, setiap saat
selalu menunjukkan adanya perubahan. Perubahan itu didasarkan atas
berbagai temuan dan perubahan di lapangan yang berkaitan dengan semakin
bertambahnya komponen sistem pendidikan yang ada. Berkembangnya pola
pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan dan pengamat pendidikan
yang membuahkan teori-teori baru. Kemajuan alat teknologi turut andil
dalam mewarnai perubahan makna dan pengertian pendidikan tersebut. Pada
saat yang sama, proses pembelajaran dan pendidikan selalu eksis dan
terus berlangsung. Karena itu, bisa jadi pandangan seseorang tentang
makna atau pengertian pendidikan yang dianut oleh suatu negara tertentu,
pada saat yang berbeda dan di tempat yang berbeda makna dan pengertian
pendidikan itu justru tidak relevan. Namun demikian, selama belum ada
teori dan temuan baru tentang makna dan pengertian pendidikan, maka
teori dan temuan yang telah ada masih relevan untuk dimanfaatkan sebagai
acauan[1].
Ilmu Pendidikan adalah dua kata yang dipadukan, yakni Ilmu dan Pendidikan
yang masing-masing memiliki arti dan makna tersendiri. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka disebutkan, bahwa Ilmu adalah Pengetahuan
tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu[2].
Senada dengan Nur Ubiyati[3] yang mengemukakan, bahwa Ilmu ialah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah. Ada lagi yang mengemukakan, bahwa Ilmu adalah suatu uraian yang tersusun dengan lengkap tentang salah satu dari keberadaan.
Uraian tersebut adalah tentang segi-segi dari keberadaan tertentu.
Segi-segi ini saling berkait, mempunyai hubungan sebab akibat, tersusun
logis dan diperoleh melalui cara atau metode tertentu.
Endang Saifuddin Anshari[4], mengatakan bahwa Ilmu berasal dari kata bahasa Arab “‘Alima” yang memiliki pengertian “Tahu”. Dan dalam bahasa Inggris dan Perancis disebut dengan “Science”, dalam bahasa Jerman “Wissenscaft” dan dalam bahasa Belanda “Wetenschap”. Yang kesemuanya sama memiliki arti “tahu”. “Science” berasal “scio, scire (bahasa Latin) yang berarti “tahu”. Jadi, baik “ilmu” maupun “science” secara etimologis berarti “pengetahuan”. Namun, secara terminologis “ilmu” dan “science” itu semacan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas. Jadi, ilmu adalah semacam
pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu, yaitu
sistematik, rasional, empiris, umum dan kumulatif, lukisan dan
keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang distudinya
dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan pemikiran dan penginderaan
manusia.
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag[5] mengemukakan bahwa “Science
is empirical, rational, general end cumulative; and it is all four at
once” (Ilmu ialah yang empiris, rasional, umum dan terkumpul/tersusun;
dan kesemuanya saling berkaitan).
Mohammad Hatta[6]
menjelaskan, bahwa tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun
menurutnya bangunnya dari dalam.
Prof. Drs. Harsoyo[7]
menjelaskan, bahwa ilmu itu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan, juga merupakan pendekatan atau suatu metode pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor
ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca
indera manusia. Dan merupakan suatu cara menganalisa yang mengizinkan
kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk
“jika …., Maka … “.
Berdasarkan uraian di atas, maka bisa diambil suatu kesimpulan bahwa ilmu
adalah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistema mengenai
kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang
hal-ihwal yang diselidiki (alam, manusia dan agama) sejauh yang dapat
dijangkau daya pemikiran yang dibantu penginderaan manusia itu, yang
kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental[8]
Sedangkan arti Pendidikan, adalah merupakan proses
upaya meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari suatu
keadaan tertentu menjadi suatu keadaan yang lebih baik. Serta dalam
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pada Bab I Pasal 1 dikemukakan, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar
dan terrencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994) Kata Pendidikan diartikan sebagai proses
perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka menjelaskan, bahwa kata Pendidikan berasal dari kata dasar didik, yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan arti dari Pendidikan adalah Proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara, dan perbuatan mendidik[9].
Menurut Redja Mudyahardjo[10], bahwa Ilmu Pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset.
Oleh karena pengetahuan yang dihasilkan riset tersebut disajikan dalam
bentuk konsep-konsep pendidikan, maka Ilmu Pendidikan dapat pula
dibataskan sebagai sebuah sistem konsep pendidikan yang dihasilkan
melalui riset. Dengan mengutip May Brodbeck dalam Ligic and scientific Method in research, yang dimuat dalam Handbook of Research on teaching,
yang menjelaskan bahwa setiap ilmu berisi sejumlah besar istilah yang
disebut konsep, yang tidak lain merupakan apa yang kita pikirkan
berdasarkan pengalaman. Sehingga unsur yang menjadi isi setiap ilmu
termasuk Ilmu Pendidikan adalah konsep. Keseluruhan konsep yang
menjadi isi sebuah ilmu ditata secara sistematis menjadi suatu
kesatuan. Sekelompok konsep yang berkenaan dengan sekelompok hal, yang
merupakan satu kesatuan disebut skema konseptual. Dan setiap ilmu
termasuk Ilmu Pendidikan, terbentuk dari beberapa skema konseptual yang
merupakan bagian-bagian atau komponen-komponen isi ilmu. Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa organisasi isi Ilmu Pendidikan, sebagai sebuah
sistem konsep, terbentuk dari unsur-unsur yang berupa konsep-konsep
tentang variabel-variabel pendidikan, dan bagian-bagian yang berupa
skema-skema konseptual tentang komponen-komponen pendidikan.
Menurut Ngalim Purwanto[11], bahwa ada dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu Paedagogie dan Paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan sedangkan Paedagogiek adalah ilmu pendidikan. Paedagogiek atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Paedagogiek berasal dari bahasa Yunani, yakni Paedagogia yang berarti ‘pergaulan dengan anak-anak’. Sedangkan Paedagogos ialah ‘orang
yang menjadi pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang
pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah’. Selain itu juga, di rumah anak-anak tersebut paedagogos selalu mengawasi dan menjaga mereka. Jadi, pendidikan pada zaman Yunani Kuno diserahkan pada paedagogos. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan paedagogos yang mulanya berarti ‘rendah’ (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan mulia. Paedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhanya agar dapat berdiri sendiri.
Hal ini senada dengan Taqiyudin M.[12] Yang menjelaskan, bahwa di lingkungan Yunani Kuno, terdapat dua kata yang memiliki fungsi yang berbeda, yakni Paedagogie dan Andragogi. Kata Paedagogie pada awalnya berarti “Pergaulan bersama anak-anak”.
Arti ini bermula dari cerita yang berkembang bahwa konon, di lingkungan
masyarakat Yunani Kuno terdapat seseorang atau sekelompok orang yang
pekerjaan utamanya adalah mengantar dan menjemput anak-anak sekolah.
Karena setiap hari mereka bertemu dan bergaul dengan anak majikannya
itu, sehingga mereka makin tahu dan memahami sifat, sikap dan karakter
anak yang diantar jemputnya itu. Bahkan pergaulan mereka tidak hanya
pada saat-saat antar jemput saja, melainkan ketika mereka di rumah
majikannya pun ditugasi untuk membimbing dan mengawasi anak-anak
majikannya. Hasil dari pengetahuan dan pemahaman terhadap sikap, sifat
dan karakter anak majikannya itu, lama kelamaan mereka jadi dekat dan
cenderung menjadi orang tua kedua (second parent) baik di sekolah maupun
di rumah. Sehingga mereka lebih tahu tentang kemampuan, kemauan dan
bakat ‘anaknya’ itu. Bekal inilah kemudian menjadikan tugas mereka
semakin banyak, yaitu antar jemput, mengawasi, membimbing dan
membelajari apa yang belum diketahui oleh anak majikannya. Sehingga
sebutan bagi mereka yang dekat dengan anak-anak dan mengetahui banyak
tentang dunia anak dalam bahasa Yunani kuno disebut agogos.
Lebih lanjut Taqiyudin M.[13] menjelaskan, bahwa kata Paedagogos terdiri dari dua kata, yakni ‘paedos’ yang berarti ‘anak’ dan ‘agoge’ yang berarti ‘saya membimbing’. Karena itulah sehingga sistem pendidikan bagi anak-anak pada jaman Yunani Kuno ditangani oleh para paedagog. Perkembangan berikutnya, pekerjaan para paedagog ini tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak, tetapi bermanfaat juga bagi orang dewasa yang telah lanjut usia (adult). Dalam bahasa Yunani Kuno, orang lanjut usia (lansia) disebut andra. Dan bagi lansia yang mendapat bimbingan dari paedagog disebut andragogos yang berarti “pembimbingan yang diberikan kepad orang dewasa”. Baik kata paedagogos maupun andragogos, keduanya semakna dengan kata education dalam bahasa Inggris yang berarti memberi peningkatan (to give rise to) dan mengembangkan (to develop). Kata education dalam arti sempit adalah ‘suatu bentuk proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan’.
Wasti Sumanto dan Hendyat Soetopo[14] dengan mengutip pendapat Crow&Crow menjelaskan, bahwa pendidikan
adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan
(insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia menjadi
semakin berkembang.
Dan menurut Good V. Carter[15] dalam bukunya ‘Dictionary of Education’ menjelaskan, bahwa Pendidikan adalah:
“The Aggragate of all the process by
mean of wich a person develops abilities, attitudas and other from of
behavior of positive value in society in wich he lives” (Kumpulan dari
semua proses yang memungkinkan seseorang mengembangkan kemampuan, sikap
dan bentuk-bentuk perilaku yang bernilai positif di dalam masyarakat
dimana ia hidup). Dan pada bagian lain di katakan, bahwa Pendidikan itu adalah: “The
social process by wich people are subjected to the influence of a
selected and controlled envirenment, so that they may attain social
competence and optimum individual development”. (Proses sosial ketika
seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol sehingga mereka dapat memperoleh kemampuan sosial dan
perkembangan individu secara optimal”.
Andrias Harefa[16] dengan mengutip perkataan Pater Drost, yang mengatakan, bahwa pendidikan kata Latin untuk mendidik adalah educare yang berasal dari kata e-ducare yang berarti menggiring ke luar. Jadi, educare dapat
diartikan sebagai usaha pemuliaan. Jadi, pemuliaan manusia atau
pembentukan manusia. Maka proses pendidikan sebagai proses pembentukan
yang berbentuk proses informal. Tidak ada pendidikan formal, karena itu
tidak ada pendidikan formal, karena itu tidak mungkin. Seluruh proses
pemuliaan, ialah pembentukan moral manusia muda hanya mungkin lewat
interaksi informal antara dia dan lingkungan hidup manusia muda itu.
Jadi, kesimpulan yang paling mendasar, ialah bahwa lembaga pertama dan
utama pembentukan dan pendidikan adalah keluarga. Dan salah satu bantuan
yang diberikan kepada orang tua oleh masyarakat adalah pembentukan
manusia muda pada bidang intelektual. Dan proses pembentuan ini
berlangsung dalam lembaga yang disebut sekolah. Yang didalamnya terdapat
proses kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain pembiasaan atau
pembelajaran. Yang pembelajaran itu membantu pelajar mengembangkan
potensi intelektual yang ada padanya.
Selain itu juga, banyak pakar pendidikan
yang menjelaskan pengertian Pendidikan diantaranya ada yang menjelaskan,
bahwa pendidikan itu adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan[17]. Senada juga dengan pendapat bahwa pada umumnya pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan juga bisa disebut sebagai usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna[18].
Berdasarkan uraian di atas, maka bisa diambil suatu pemahaman, bahwa Pendidikan itu adalah suatu
proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa untuk mencapai kedewasaannya, dan sebagai usaha manusia untuk
menyiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna. Atau juga bisa
diartikan suatu usaha yang dilakukan orang dewasa dalam situasi
pergaulan dengan anak-anak melalui proses perubahan yang dialami
anak-anak dalam bentuk pembelajaran atau pelatihan dan perubahan itu
meliputi pemikiran (kognitif), perasaan (afektif) dan keterampilan
(psikomotorik).
Dan Ilmu pendidikan adalah suatu
kumpulan pengetahuan atau konsep yang tersusun secara sistematis dan
mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah yang menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik atau suatu proses
bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk
kehidupan yang bermakna.
0 comments:
Post a Comment